Musim

Berita Terkini

Pengelolaan Sampah, Bupati Magelang: Harus Selesai di Desa

Mungkid,   Buser Polkrim. Penyelesaian sampah yang ada di Kabupaten Magelang diharapkan bisa selesai di desa. Hal tersebut ditekankan Bupati...

Postingan Populer

Tampilkan postingan dengan label Musim. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Musim. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Juni 2025

Petani Tembakau di Temanggung Harapkan Musim Kemarau



Temanggung,
 FD-Buser Polkrim.

 Petani tembakau di Temanggung berharap musim kemarau segera tiba agar pertumbuhan dan hasil daun tembakau bisa maksimal. Cuaca ekstrem pada Mei hingga awal Juni telah mempengaruhi lambatnya pertumbuhan tanaman tembakau.

 Menurut petani tembakau, Ahmad, tanaman tembakau di lereng gunung tidak tumbuh dengan baik jika banyak hujan, terutama di masa awal tanam.

 Sementara itu, Kades Legoksari, Bandel Sukoyo, mengatakan bahwa cuaca ekstrem di Mei dan Juni kurang bersahabat bagi petani tembakau karena tanaman tembakau tidak butuh banyak air setelah umur dua bulan.

 “Curah hujan tinggi dapat merusak tanaman tembakau, terutama pada bagian akar. Selain itu, daun tembakau juga dapat terkena dampak negatif dari curah hujan tinggi,” ujarnya, Jumat (13/6/2025), kepada awak media.

 Sukoyo menambahkan, petani berharap musim kemarau segera tiba dan tidak ada lagi cuaca ekstrem. Mereka berharap pertumbuhan tanaman tembakau bisa cepat dan menghasilkan panen yang maksimal.

 “Saat ini, tanaman tembakau sudah mencapai ketinggian 75 cm hingga satu meter,” jelasnya.

 Ia juga menyebut bahwa tembakau menjadi tumpuan dan harapan bagi masyarakat di Desa Legoksari, karena kultur tanah di daerah tersebut tidak bisa menyimpan air. Petani telah mencoba menanam komoditas lain di musim kemarau, tetapi hasilnya tidak sesuai harapan.

 “Oleh karena itu, tembakau tetap menjadi pilihan utama bagi petani di desa Logoksari ini,” tandasnya. (Syamsuri/Yudhy)

 Editor: Adi M

Sabtu, 13 Januari 2024

Musim Tanam Rendeng 2024, Ini Kata Petani Di Desa Palbar


Cirebon,
FD-buserpolkrim.com

Saat ini di Kabupaten Cirebon Wilayah Kecamatan Gempol Desa Palimanan Barat (Palbar), sedang mulai musim tanam padi, Sabtu (13/01/2024).

Meski sedikit terlambat, karena seharusnya musim tanam utama (rendeng) dimulai pada November – Desember 2023 lalu. Hal ini dikarenakan, ketersediaan air belum memungkinkan untuk memulai musim tanam disebabkan musim hujan belum merata.

Hal ini diungkapkan oleh salah seorang petani warga desa Palimanan Barat blok Kedung Dringo, Sabda yang akrab disapa Mamang.

Ia menuturkan, kemungkinan tahun 2024 ini musim tanam padi hanya bisa dilakukan satu kali saja. Itu berkaca pada tahun 2023 lalu, dimana para petani khususnya di desa Palimanan Barat pada saat musim tanam kedua banyak yang merugi.

Penyebabnya, kata Mamang, selain ketersediaan air sulit didapat dan serangan hama tikus pun memperparah keadaan sehingga terjadi gagal panen.

“Y mas, tahun lalu di musim tanam kedua semua petani disini merugi. Itu karena ketersediaan air sulit, walau sudah pake mesin popmpa air pada sumur bor yang ada disawah tidak dapat mengairi sawah sepenuhnya. Belum lagi adanya serangan hama tikus dari awal sebar benih hingga setelah tanam sangat parah,” ungkap Mamang saat akan memulai bercocok tanam dilahan sawahnya kepada awak media ini, Sabtu (13/01/2024).

Dikatakannya, akibat serangan tersebut banyak petani harus melakukan tanam ulang dan membeli bibit padi (winian) melalui online dari daerah luar Cirebon. Namun meski sudah tanam ulang, ketika padi sudah mulai berbuah kekeringan melanda sehingga tanaman padi bayak yang mati.

Ia menambahkan, dari luas lahan satu bau atau 0,8 hektare (7000-7400 meter persegi) saat panen petani hanya menghasilkan paling banyak 5 kwintal gabah saja, itupun masih basah.

Meski begitu, Mamang berharap tahun ini tidak seperti tahun 2023 kemarin. Semoga tahun 2024 keadaan normal kembali. Dan bisa tanam padi dua kali, serta terakhir palawija.

“Semoga saja tahun 2024 ini kondisi kembali membaik, curah hujan merata sehingga padi kami dapat tumbuh baik dan hasilnya memuaskan hingga tiba masa panen rendeng kali ini,” harapnya.

Saat ditanya mengenai petani muda atau generasi penerus petani-petani selanjutnya, Mamang mengatakan, bahwa sekarang anak muda enggan untuk bertani atau jadi buruh tani. Kebanyakan generasi muda sekarang baik pria maupun wanitanya di desa Palimanan Barat, lebih memilih bekerja di pabrik dan jadi TKW keluar negeri.

“Disini petani muda hanya satu dua orang saja, kebanyakan sudah usia lanjut. Bahkan saat musim tanam hingga panen, saya kesulitan mencari tenaga kerjanya. Ya disini tenaga kerjanya makin sedikit, karena orangnya itu-itu saja tidak ada penerusnya,” ujarnya.

Terkait kondisi tersebut, Mamang menambahkan, kemungkinan 10 atau 20 tahun lagi lahan pertanian disini bisa beralih fungsi jadi perumahan, pabrik atau pertokoan. Itu sudah mulai terlihat sekarang, banyak lahan sawah yang dijual dan di kapling (jadi perumahan) dan lainnya.

Diakhir penuturannya, Mamang menyampaikan bahwa selain lahan pertanian makin menyusut, petani yang ada makin sedikit karena usia sangat lanjut sehingga tidak mampu lagi mengurus sawahnya serta banyak yang sudah meninggal dunia. Sedangkan, generasi muda disini sudah tidak mau jadi petani lagi.

“Mereka lebih memilih kerja di pabrik ataupun jadi TKI ke luar negeri ketimbang jadi petani, karena dinilai lebih menghasilkan dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,” pungkas Mamang kepada awak media sebari melanjutkan kegiatannya membuat garis-garis di petak sawahnya untuk memudahkan pekerja menanam padi.

penulis: Adi. M